Sabtu, 04 Januari 2014

ICDF Taiwan Scholarship : Perjuangan mendapatkan Beasiswa (# Part II)




Setiap apa yang telah kita dapatkan tentulah tidak pernah terlepas dari peran dan doa orang2 disekitar kita..begitupun diriku..perjalanan dalam setiap prosesku mendapat beasiswa selalu beiringan dengan doa dan harapan orang2 disekitarku baik secara langsung ataupun tidak. Pun dalam kesempatan ini terimakasihku persembahkan untuk rekan2 sekantor yang selama ini memberikan support dalam menuju impian ku untuk studi di luar negeri. Di mulai dari atasan yang sangat kooperatife dalam memberikan surat rekomendasi, kebijakan dalam pengurangan beban kerja (karena Beliau tahu beban mentalku lebih berat dalam menyiapkan diri menembus beasiswa,,hehe maturnuwun Ibu Hikmah, Bu Sulistyaningsih, Bu Ismarwati, Bu Anjarwati) dan semua seniorku tanpa terkecuali..dan pada akhirnya rekan2ku seruangan Mb Mita, jeng Ningrum, Jeng Erna, Jeng Ratna, teman2 di lantai 2 Mb Nurul dan Mb Haris, Jeng Esitra dan  Jeng Dita, Bu Arifah, Jeng Tika..yang kesemuanya sangat memahami posisiku ketika wira wiri dalam mempersiapkan diri,,,mereka ikhlas aku tidak terlibat langsung dalam kesibukannya mempersiapkan uji OSCA dan PK serta praktikum,,mereka ikhlas ketika aku harus pulang lebih dulu untuk kursusu padahal mereka stay di kampus sampai malam hari,,,mereka ikhlas, dan semoga keikhlasan itu dapat balasan yang baik dari Nya sesuai niatnya masing2,,,aamiin. Yakin, tanpa dukungan kalian sebagai rekan kerjaku, tak akan sampai aku disini…dan rekan2 semua yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu
Oke sobat, mari kita lanjutkan serangkaian cerita yang ingin kubagikan disini,,tentang pengalamanku meminang beasiswa INI…

Sejatinya, gagal bukan berarti berhenti 

Sobat, sebenarnya bukan kali pertama aku mengalamai kegagalan dalam hidupku. Dimulai dari gagal dalam tes IELST, gagal mendapatkan skor yang diinginkan, gagal dalam meminang universitas yang diincar, gagal dalam mendapatkan beasiwa DIKTI,,tapi bukankah semua sudah diatur olehNya, kita hanya WAJIB berusaha. Nah kata2 wajib itulah yang menjadikanku maju tanpa menolah kebelakang lagi. Namun pada saat menerima hasil tes IELTS ku yang keempat (sekitar tahun 2012_ kehamilan 8 bulan), dan masih belum sesuai yang kutargetkan, aku sempat berhenti. Berhenti untuk introspeksi. Buntu, karena semua usaha seperti sia2 tidak berarti. Ya Allah,,apa  yang salah denganku. Aku bertanya, dan pastinya Allah tidak mungkin menjawab pertanyaanku secara langsung. Ia ingin aku evaluasi, introspeksi. Mencari jawaban di setiap shalat malamku (karena sholat isya ku sering telat, lantaran pulang kursus sudah langsung tepar).. lain lagi temanku yang  baru menyelesaikan pendidikan dari Australi, yang tak pernah henti menyemangatiku dan memberi informasi ini itu tentang studi (Thanks Te Cesa). Beruntungnya aku dalam lingkungan kerja yang sejalan dengan cita2ku untuk studi lanjut di luar negeri..lain lagi temanku sekantor yang baru menyelesaikan studinya di United Kingdom (terimakasih Nyah Andari) memberiku “oleh2”,,dia tahu masalahku, dan Beliau menyarankanku untuk menenangkan diri dulu,,hah?? what??that was imposibble, bekerja tanpa henti saja pekerjaan menumpuk, apalagi ini, menenangkan diri??oo ternyata maksudnya ya itu tadi evaluasi diri. Mungkin memang perlu aku untuk perbaiki .

Perbanyak sedekah, dan kita mencoba memudahkan urusan orang lain. In Shaa Allah kita berharap urusan kita juga akan dipermudah OlehNya..dan aku berproses untuk mencoba semakin dekat padaNYa, mengeluh dengan segenap jiwa dan kerendahan hati, serta mengharap akan diberikan yang terbaik setelah ini semua. Memohon ampunan, karena mungkin belum dikabulkannya doaku lantaran ada tabir yang menutupinya, yaitu dosa. Karena isi kepalaku sudha penuh, akhirnya, kutulis semua yang ada dikepalaku dalam secarik kertas, sehingga kita mudah dan nyata untuk menentukan langkah dan prioritas selanjutnya. Mungkin bisa sobat coba pengalaman tersebut. Masih tentang tadi sob, temanku benar, mungkin sedekah adalah penrang dalam kegelapanku, mungkin aku selama ini terlalu “pelit” untuk mengeluarkan apa yang aku miliki bagi mereka yang lebih membutuhkan, dan aku terlalu “rakus” karena maunya hanya mendapatkan tanpa mau memberikan. Jadi sob, pelajarannya adalah ketika kegagalan menerpa, mungkin memang saatnya kita berhenti dan mencari tahu letak mana yang harus kita perbaiki. Buat apa kita berlari, tapi salah arah, lebih baik kita berhenti, evaluasi dan mengatur strategi kembali,,,itulah yang aku alami..

   Ketika ada titik terang
Kalau saudah menemukan strategi, dan pikiran menjadi lebih gamblang, segalanya yang ada didepan serasa adalah peluang.  Sebelum aku mengevaluasi diri, sebenarnya sudah mendengar juga tentang ICDF Taiawan Scholarship, namun karena buntu apalagi melihat serangkaian syarat dokumen yang menurutku rumit jadi sempat “malas” juga.

Seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya, temanku sekantor yang sedang menmpuh pendidikan di Taiwan menyarankanku untuk apply ICDF, sembari tertatih, semua kumulai dari mencari tahu apa saja syarat dan dokumen yang dibutuhkan.
Oke guys, berikut proses untuk mendaftar ICDF Taiwan Scholarship :

a.       Siapkan Dokumen yang dibutuhkan
Edisi "Perjuangan mendapatkan beasiswa sebelumnya"telah kusampaikan dokumen yang diperlukan untuk mendaftar ke Universitas di luar negeri. semua dokumen yang diperlukan untuk mendaftar ICDF Taiwan Scholarship adalah sama, hanya ada tambahan Medical Check Up dan semua dokumen harus di legalisir ke Notaris, Deplu dan HAM serta terakhir ke TETO di Jakarta. Untuk informasi lengkap dan syarat dalam mengajukan beasiswa ICDF, silahkan baca di link berikut … Jangan lupa untuk cross cek apakah universitas sobat masuk dalam daftar partner universities.
Tuvalu-Indonesia-Gambia,,and many more...

Contoh surat rekomendasi dari Atasan

Documents Requirement for Master Nurse-Midwifery NTUNHS

Documents Requirements of Master Nursing NTUNHS

b.      Surat keterangan sehat dalam waktu 3 bulan terakhir
Tes kesehatan yang kita lakukan untuk syarat studi adalah tes studi lengkap, , mulai dari tes darah lengkap (termasuk tes HIV), tes feces, tes Urin dan imunisasi MMR. sobat mau komen “lengkap  amat?” atau “rumit amat?”..tergantung dari sisi mana sobat melihatnya. Jika dilihat dari sisi negatifnya pastilah nampak rumit, karena untuk menjalani tes HIV misalnya, sebelum atau setelah (maap agak lupa waktunya) melakukan tes darah, kita harus melakukan wawancara dulu ke bagian psikologi. Sebenarnya wawancara itu hanya untuk mengetahui  secara langsung untuk apa tes HIV, bagaimana personal life kita, pekerjaan kita apakah berpotensi untuk terkena HIV dsb, jangan dibayangkan wawancara kerja ya J..dan itu adalah bagian dari proses ini, jadi ikuti saja.  

Dan sisi positifnya adalah, kita bisa mengetahui status kesehatan kita yang sesungguhnya. Coba kalau ada yang tanya, “kamu bebas HIV gak ?  kalau nggak, apa buktinya” (sekarang semua acuannya evidence based sob,,hehe). Nah aku baru tahu kalau aku memang dinyatakan sehat secara medis ya karena medical check up itu (wallohu’alam).  Kemudian sisi positip lain, begitu ketatnya pemerintah TAIWAN dalam menyaring orang asing masuk, temen ku yang kuliah di UK, Thailand dan Australia saja tidak serumit itu…lho bukannya malah beruntung, itu artinya setiap orang asing yang masuk ke TAIWAN sudah dinyatakan “sehat”  sebelumnya karena kita tidak pernah tahu mana yang terpapar HIV dan mana yang tidak . Ya setidaknya itu adalah polesan pikiranku sendiri supaya belajar memandang segala sesuatu dari segi positipnya sadjah. Oya sob, untuk melakukan tes kesehatan ini hanya di rumah sakit yang telah melakukan kerjasama dengan pemerintah Taiwan, karena rumah sakit tersebut pastinya sudah memiliki formulir khusus untuk pasien yang akan bepergian ke Taiwan baik bekerja (TKI) ataupun untuk lanjut studi.  

Untuk biaya yang aku bayarkan waktu itu (Agustus 2013) sekitar Rp. 500-700 rb. Meskipun pihak rumahsakit juga memiliki formulir medical check up yang dimaksud namun alangkah baiknya jika kita membawa sendiri sekaligus mengisinya, ya setidaknya sudah menghemat 10menit untuk mengisi form tersebut. Jangan lupa bawa juga foto berwarna ukuran 2x3 minimal 2 lembar untuk ditempelkan dan dicap di bagian yang telah disiapkan nantinya. Pengalaman aku kemarin hanya lupa membawa foto saja harus menunggu 2 hari kemudian baru bisa diambil dan pastinya harus bolak balik, apalagi jarak rumah sakit dan tempat kerjaku tidak dekat. Pokoknya jangan pernah menyepelekan sesuatu meski yang remeh sekalipun ya sob (penyakit kronisku tuh_ harus diberantas pelan2),,,oya selain itu, jangan lupa, karena kita akan melakukan pemeriksaan feces, jadi bawa sampel feces kita dari rumah. Yang penting tidak lebih dari dua jam karena dikhawatirkan hasilnya tidak valid. Atau alternative lain, sobat bisa cek feces di laboratorium terdekat tempat tinggal teman2 sekalin dan hasilnya bisa diserahkan ketika akan  melakukan cek kesehatan rumah sakit yang telah jadi rujukan tadi. Termauk juga jika kebetulan  vaksin MMR di rumah sakit sedng “kosong” (itu mungkin saja terjadi# pengalamn teman juga), sobat bisa “minta” vaksin ke dokter anak (sambil ngebayangin ikut antri diantara baby2 mungil dan lucu :P ) dan jangan lupa sertakan label vaksin yang telah digunakan tadi untuk ditempelkan surat keterangan dari dokter tersebut nanti kita serahkan ke rumah sakit yang telah menjadi rujukan  (sebagai dasar pihak rumahsakit dalam mengeluarkan sertifikat telah melakukan imunisasi).

Informasi lainnya, adalah surat keterangan dari rumah sakit bisa ready sekitar 2 atau 3 hari kerja. Tergantung juga, kalau teman2 datang lebih awal (sebelum jam 15.00 sudah melakukan cek darah dan urin), maka biasanya keeseokan siangnya hasil sudah bisa diambil (mengabaikan jumlah antrian lho ya,,,). Namun jika sobat datang diatas jam 12 siang, maka bisa dipastikan itu adalah jam makan siang,,hehe…makudnya, hasil bisa lebih lama dari yang aku katakan diatas tadi.

c.  Hasil medical check up
Surat keterangan yang akan dikeluarkan oleh pihak rumah sakit akan terdiri dari 3 jenis yang berbeda, yaitu formulir Medical Check Up ICDF Taiwan Scholarship dan yang kedua dalah formulir  dengan Kop Rumah sakit masing2  dan yang ketiga adalah sertifikat keterangan imunisasi MMR. Ingat sob, semua itu adalah tiket kita menuju negeri Cina, jadi sebaiknya dijaga, jangan sampai ketriwal (apa ya bahasa Indonesianya) atau mungkin ketlingsut (apa lagi nih?),,oo atau terselip! Jadi scan dan fotokopi semua dokumen tersebut sebagai back up file kita, dan untuk sertifikatnya sebaiknya di laminating, takutnya nanti terkena sambel bakso kan repot,,hihi

Saatnya mengirim dokumen tersebut ke alamat yang dituju
Setelah itu kita lanjutkan aktifitas seperti biasa, sembari berdoa dan menunggu hasil semoga mendapatkan apa yang terbaik dari Allah..ada sekelumit pengalaman, terkadang kita manusia melompati satu jenjang dengan apa yang menjadi kehendak Allah..optimis itu perlu sobat, bahkan harus, tapi hati2 ketika rasa optimis kita berbenturan dengan Kuasa Allah, namun pengalamn gagal berkali2 membuatku tidak ada keraguan sedikitpun, bahwa rejeki tidak akan pernah tertukar, mungkin sebelumnya itu belum rejekiku. Bukankah banyak juga teman2 lain yang berhasil merebut beasiswa ke luar negeri pada akhirnya juga sebelumnya mengalamai kegagalan sepertiku?. Apalagi mengingat kemampuanku dalam berbahasa inggrisku tidaklah seberapa dibandingkan yang lebih expert.  Jadi dimanapun dan siapapun sobat, kalian berhak untuk mencoba, bahkan mungkin sekalipun tidak mungkin dimata manusia, tapi di mata Allah, sebaliknya. Jadi! Maka Jadilah, sungguh mudah bukan bagiNya merubah segala sesuatu meski hanya dalam kedipan mata. Bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin, seorang yang berasal dari ndeso seperti saya akan mampu menembus beasiswa luar negeri. Nah obligasi kita (red. Kewajiban) adalah memperbaiki usaha, itu saja. Sederhana kan?.. sobat, sekali lagi, Allah tidak pernah tidur, sungguh Ia tidak pernah tidur. 



 “Indahnya” masa penantian
Ia Maha Melihat, Maha Mendengar (berkali2 kata2  itu aku tanamkan di hati dan pikiranku) disetiap awali hariku berangkat ke tempat kerja sebagai salah satu usahaku untuk menyempurnakan takdirnya. Lelah, iya, bosan? Iya..apalagi disetiap berpapasan dengan rekan2 lain dengan pertanyaan yang sama di setiap harinya..”kapan berangkat?”,,gimana DIKTI nya, lolos gak”…”coba daftar di sini, coba disitu”,,duh sobat, serasa mukaku ingin kusembunyikan diatas tumpukan kertas  (yang sudah tidak dapat dibedakan antara kertas dan muka) atau kusembunyikan ke belakang pintu.. antara perasaan jengah, malu, sesak, pusing, semua lengkaplah sudah..what?? do you think I did not do anything for my passion?I did!..tapi tidak mungkin aku menjawab semua itu, akhirnya hanya kuberikan senyum simpul saja bagi yang bertanya.

 Pikiranku negative dan positif kembali berperang. Pastinya rekan dan atasanku bertanya seperti itu tidak lain dan bukan hanyalah Meraka amat perhatian dan ingin segera mendengar kabar baik dariku, hanya itu (sebab usahaku sudah dimaulai sejak 2011 yang lalu). Dan jadilah aku karyawan yang berhati dan bermuka dua…ya, hatiku terbagi antara pekerjaan dan angan2 ingin segera sekolah, dan mukaku yang manis ketika bertemu orang tapi ketika sendiri jadilah muka yang bermuram durja. Ketika kembali pulang ke rumah pun juga bermuka dua, dan jagoanku lah satu2nya alasanku untuk bisa tersenyum melihat tingkahnya yang lucu (red. Waktu itu Azam 18bulan),

Suami, kemana???  Sejak aku dinyatakan positif hamil sampai anakku menjelang usia  2 tahun kemarin  kami LDR sob alias tresno jarak adoh. Doi pun berjuang sebagai mahasiswa di Jakarta, bernego dengan macetnya Jakarta ketika harus praktek di rumah sakit, berangkat jam6 dan kembali jam 6 pula. Masa iya aku masih tega membebaninya denga setumpukan cerita mellow dan penatnya pekerjaan yang kualami seharian dikantor. Sedangkan hanya mengatakan kalau anakku demam saja aku tak tega..Berat, sungguh berat bagiku yang hidup sendiri jauh dari keluarga. Ya Allah hanya Engkau tempatku mengaduh, aku semakin yakin, cerita berat ini akan segera berakhir dengan sesuatu yang membuatku gembira (paling tidak). Aku pun tahu sob, anakku juga mampu merasakan gelombang negative yang kubawa, jadi terkadang rewel dan semacamnya juga tak jarang sebagai bentuk protesnya padaku..oya, aku hanya tinggal bertiga dengan keponakan yang menemani jagoanku ketika kutinggal kerja. Terimakasih untuk mb septi (tidak terbayar jasamu). Hikmahnya, meski setiap kali merasa semakin berat hidupku namun anehnya jauh dilubuk hati yang terdalam timbul sebuah keyakinan bahwa inilah harga yang harus aku bayar untuk sebuah “kesuksesan”. Toh roda kehidupan mesti berputar. Lakukan saja sesuai peran yang ada.  Sobat, hajat apapun yang sedang kita ajukan untuk nasib kita, pastilah dalam perjalananya Allah menguji kita juga, layakkah kita, pantaskah kita dan cukup oke kah kita dalam menerima hadiah Allah nanti?. Yakin, karena hal itulah yang pernah aku alami.

         Hadiah terindah
Ketika terlalu menikmati proses, aku lupa bahwa hari itu sudah pengumuman ICDF yang bersamaan dengan pengumuman DIKTI. Pagi hari hatiku sudah  dibuat menangis, lemas lunglai tak berdaya. Ya Allah apalagi ini? Masih mau diuji lagi? Masih belum layak lagi? Ya sudah, berarti memang harus sekolah didalam negeri saja, aku pun langsung browsing untuk mencoba mencari informasi sekolah mana yang masih membuka pendaftaran? Dan apakah jurusannya sesuai? Atau aku juga mencoba mencari jadwal kapan tes IELTS, aku ingin tes IELST lagi, mungkin hasil terakhirku lebih baik..dan bisa lebih mudah mencari beasiswa lain semisal DAAD di Jerman, atau Fullbright or AMINEF di USA, atau Nuffic- Nesso Belanda  atau,,,sudahlah.
Dan endingnya sore hari dapat kabar dari suami kalau pak Wisnu sadhana (teman kami yang sedang menempuh S2 di Taipei) memberinya kabar kalau aku lolos ICDF Taiwan. Aku sudah terlanjur kecewa. I have no appetite anymore with my passion, aku sudah tak punya minat lagi untuk cita2ku. Jadi kubiarkan saja berlalu hingga beberapa hari selanjutya aku mendapatkan email resmi dari TETO Jakarta dan NTUNHS yang bunyinya "CONGRATULATION !!,,panjenengan dipun tampi dados ICDF Recipeint tahun meniko (kurang lebih begitu)..hehe . Dan Alhamdulillah puji syukur karena semua nyata, bukan mimpi, dan Allah memenuhi janjiNya.  Finanly guys.. Taipei, Im coming!!!

Siapa yang bersungguh- sungguh, dia akan mendapatkan,,,,” “Dan apakah Kami akan membiarkanmu mengucapkan beriman kepada Kami tanpa kami Uji terlebih dulu keimananmu..(yang kuingat begitulah kira2 kalimat dalam kitabku _ Cukup Allah  yang Memberi kecukupan padaku dan Hanya Allah sebaik2 Pemberi Kecukupan). Sobat, Allah is Great! Allah is Everything, last, now and future. He is Forever! Jangan pernah membiarkan diri jauh dariNya, karena kita tidak perah tahu kapan “Tangan- Tangan” Allah akan membantu kita. Begitulah liku-liku dalam mencari sebuah beasiswa, setiap orang pastinya memiliki proses dan cerita yang berbeda. Namun bagiku, proses yang kualami sarat makna dan merupakan proses pembelajaran hidup yang luar biasa. Mengingat begitu banyak tantangan dalam diriku (kemampuan bahasa, keuangan, kondisi keluarga). Sejatinya mendapatkan beasiswa hanyalah puzzle penutup dari sebuah pengharapan, dimana sebelum itu terdapat puzzle2 lain yang harus dilengkapi sebelum puzzle terakhir. Puzzle itulah yang kusebut PROSES BELAJAR. Jadi menurutku, apapun beasiswa yang kita incar, siapkan diri untuk mau berproses. Bagi teman2 yang belum beruntung dalam menembus beasiswa, jangan berputus asa, bisa jadi kegagalan kita saat ini justru akan menghantarkan kita untuk mendapatkan yang lebih baik dari apa yang kita kira sebelumnya,percayalah.

Terimakasih sobat untuk menyimak perjalananku yang satu ini. Tentang perjalananku mengurus Visa, aku juga ingin berbagi true story bahwa di setiap perjalanan kita tidak akan pernah lepas dari pelajaran yang harus kita ambil dan hayati. Saran dan kritiknya selalu dinanti ya Sob,,,terimakasih..Jika ingin sharing denganku terkait beasiswa ICDF, dengan senang hati sob kubantu sesuai pengetahuan dan pengalamanku. berikut aku tambahkan link yang berkaitan dengan studi ke Taiwan. (hope usefull :) )

  1. Taiwan Education Centre In Indonesia
  2. TETO di Jakarta
  3. Dokumen VISA--> jangan lupa klik versi "ENGLISH"

Meeting Room TETO Jakarta

TETO Jakarta

Picture of  MOVA,HES, ICDF awardees and TETO's staff in Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar