Sabtu, 04 Januari 2014

ICDF Taiwan Scholarship : Perjuangan mendapatkan Beasiswa (# Part II)




Setiap apa yang telah kita dapatkan tentulah tidak pernah terlepas dari peran dan doa orang2 disekitar kita..begitupun diriku..perjalanan dalam setiap prosesku mendapat beasiswa selalu beiringan dengan doa dan harapan orang2 disekitarku baik secara langsung ataupun tidak. Pun dalam kesempatan ini terimakasihku persembahkan untuk rekan2 sekantor yang selama ini memberikan support dalam menuju impian ku untuk studi di luar negeri. Di mulai dari atasan yang sangat kooperatife dalam memberikan surat rekomendasi, kebijakan dalam pengurangan beban kerja (karena Beliau tahu beban mentalku lebih berat dalam menyiapkan diri menembus beasiswa,,hehe maturnuwun Ibu Hikmah, Bu Sulistyaningsih, Bu Ismarwati, Bu Anjarwati) dan semua seniorku tanpa terkecuali..dan pada akhirnya rekan2ku seruangan Mb Mita, jeng Ningrum, Jeng Erna, Jeng Ratna, teman2 di lantai 2 Mb Nurul dan Mb Haris, Jeng Esitra dan  Jeng Dita, Bu Arifah, Jeng Tika..yang kesemuanya sangat memahami posisiku ketika wira wiri dalam mempersiapkan diri,,,mereka ikhlas aku tidak terlibat langsung dalam kesibukannya mempersiapkan uji OSCA dan PK serta praktikum,,mereka ikhlas ketika aku harus pulang lebih dulu untuk kursusu padahal mereka stay di kampus sampai malam hari,,,mereka ikhlas, dan semoga keikhlasan itu dapat balasan yang baik dari Nya sesuai niatnya masing2,,,aamiin. Yakin, tanpa dukungan kalian sebagai rekan kerjaku, tak akan sampai aku disini…dan rekan2 semua yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu
Oke sobat, mari kita lanjutkan serangkaian cerita yang ingin kubagikan disini,,tentang pengalamanku meminang beasiswa INI…

Sejatinya, gagal bukan berarti berhenti 

Sobat, sebenarnya bukan kali pertama aku mengalamai kegagalan dalam hidupku. Dimulai dari gagal dalam tes IELST, gagal mendapatkan skor yang diinginkan, gagal dalam meminang universitas yang diincar, gagal dalam mendapatkan beasiwa DIKTI,,tapi bukankah semua sudah diatur olehNya, kita hanya WAJIB berusaha. Nah kata2 wajib itulah yang menjadikanku maju tanpa menolah kebelakang lagi. Namun pada saat menerima hasil tes IELTS ku yang keempat (sekitar tahun 2012_ kehamilan 8 bulan), dan masih belum sesuai yang kutargetkan, aku sempat berhenti. Berhenti untuk introspeksi. Buntu, karena semua usaha seperti sia2 tidak berarti. Ya Allah,,apa  yang salah denganku. Aku bertanya, dan pastinya Allah tidak mungkin menjawab pertanyaanku secara langsung. Ia ingin aku evaluasi, introspeksi. Mencari jawaban di setiap shalat malamku (karena sholat isya ku sering telat, lantaran pulang kursus sudah langsung tepar).. lain lagi temanku yang  baru menyelesaikan pendidikan dari Australi, yang tak pernah henti menyemangatiku dan memberi informasi ini itu tentang studi (Thanks Te Cesa). Beruntungnya aku dalam lingkungan kerja yang sejalan dengan cita2ku untuk studi lanjut di luar negeri..lain lagi temanku sekantor yang baru menyelesaikan studinya di United Kingdom (terimakasih Nyah Andari) memberiku “oleh2”,,dia tahu masalahku, dan Beliau menyarankanku untuk menenangkan diri dulu,,hah?? what??that was imposibble, bekerja tanpa henti saja pekerjaan menumpuk, apalagi ini, menenangkan diri??oo ternyata maksudnya ya itu tadi evaluasi diri. Mungkin memang perlu aku untuk perbaiki .

Perbanyak sedekah, dan kita mencoba memudahkan urusan orang lain. In Shaa Allah kita berharap urusan kita juga akan dipermudah OlehNya..dan aku berproses untuk mencoba semakin dekat padaNYa, mengeluh dengan segenap jiwa dan kerendahan hati, serta mengharap akan diberikan yang terbaik setelah ini semua. Memohon ampunan, karena mungkin belum dikabulkannya doaku lantaran ada tabir yang menutupinya, yaitu dosa. Karena isi kepalaku sudha penuh, akhirnya, kutulis semua yang ada dikepalaku dalam secarik kertas, sehingga kita mudah dan nyata untuk menentukan langkah dan prioritas selanjutnya. Mungkin bisa sobat coba pengalaman tersebut. Masih tentang tadi sob, temanku benar, mungkin sedekah adalah penrang dalam kegelapanku, mungkin aku selama ini terlalu “pelit” untuk mengeluarkan apa yang aku miliki bagi mereka yang lebih membutuhkan, dan aku terlalu “rakus” karena maunya hanya mendapatkan tanpa mau memberikan. Jadi sob, pelajarannya adalah ketika kegagalan menerpa, mungkin memang saatnya kita berhenti dan mencari tahu letak mana yang harus kita perbaiki. Buat apa kita berlari, tapi salah arah, lebih baik kita berhenti, evaluasi dan mengatur strategi kembali,,,itulah yang aku alami..

   Ketika ada titik terang
Kalau saudah menemukan strategi, dan pikiran menjadi lebih gamblang, segalanya yang ada didepan serasa adalah peluang.  Sebelum aku mengevaluasi diri, sebenarnya sudah mendengar juga tentang ICDF Taiawan Scholarship, namun karena buntu apalagi melihat serangkaian syarat dokumen yang menurutku rumit jadi sempat “malas” juga.

Seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya, temanku sekantor yang sedang menmpuh pendidikan di Taiwan menyarankanku untuk apply ICDF, sembari tertatih, semua kumulai dari mencari tahu apa saja syarat dan dokumen yang dibutuhkan.
Oke guys, berikut proses untuk mendaftar ICDF Taiwan Scholarship :

a.       Siapkan Dokumen yang dibutuhkan
Edisi "Perjuangan mendapatkan beasiswa sebelumnya"telah kusampaikan dokumen yang diperlukan untuk mendaftar ke Universitas di luar negeri. semua dokumen yang diperlukan untuk mendaftar ICDF Taiwan Scholarship adalah sama, hanya ada tambahan Medical Check Up dan semua dokumen harus di legalisir ke Notaris, Deplu dan HAM serta terakhir ke TETO di Jakarta. Untuk informasi lengkap dan syarat dalam mengajukan beasiswa ICDF, silahkan baca di link berikut … Jangan lupa untuk cross cek apakah universitas sobat masuk dalam daftar partner universities.
Tuvalu-Indonesia-Gambia,,and many more...

Contoh surat rekomendasi dari Atasan

Documents Requirement for Master Nurse-Midwifery NTUNHS

Documents Requirements of Master Nursing NTUNHS

b.      Surat keterangan sehat dalam waktu 3 bulan terakhir
Tes kesehatan yang kita lakukan untuk syarat studi adalah tes studi lengkap, , mulai dari tes darah lengkap (termasuk tes HIV), tes feces, tes Urin dan imunisasi MMR. sobat mau komen “lengkap  amat?” atau “rumit amat?”..tergantung dari sisi mana sobat melihatnya. Jika dilihat dari sisi negatifnya pastilah nampak rumit, karena untuk menjalani tes HIV misalnya, sebelum atau setelah (maap agak lupa waktunya) melakukan tes darah, kita harus melakukan wawancara dulu ke bagian psikologi. Sebenarnya wawancara itu hanya untuk mengetahui  secara langsung untuk apa tes HIV, bagaimana personal life kita, pekerjaan kita apakah berpotensi untuk terkena HIV dsb, jangan dibayangkan wawancara kerja ya J..dan itu adalah bagian dari proses ini, jadi ikuti saja.  

Dan sisi positifnya adalah, kita bisa mengetahui status kesehatan kita yang sesungguhnya. Coba kalau ada yang tanya, “kamu bebas HIV gak ?  kalau nggak, apa buktinya” (sekarang semua acuannya evidence based sob,,hehe). Nah aku baru tahu kalau aku memang dinyatakan sehat secara medis ya karena medical check up itu (wallohu’alam).  Kemudian sisi positip lain, begitu ketatnya pemerintah TAIWAN dalam menyaring orang asing masuk, temen ku yang kuliah di UK, Thailand dan Australia saja tidak serumit itu…lho bukannya malah beruntung, itu artinya setiap orang asing yang masuk ke TAIWAN sudah dinyatakan “sehat”  sebelumnya karena kita tidak pernah tahu mana yang terpapar HIV dan mana yang tidak . Ya setidaknya itu adalah polesan pikiranku sendiri supaya belajar memandang segala sesuatu dari segi positipnya sadjah. Oya sob, untuk melakukan tes kesehatan ini hanya di rumah sakit yang telah melakukan kerjasama dengan pemerintah Taiwan, karena rumah sakit tersebut pastinya sudah memiliki formulir khusus untuk pasien yang akan bepergian ke Taiwan baik bekerja (TKI) ataupun untuk lanjut studi.  

Untuk biaya yang aku bayarkan waktu itu (Agustus 2013) sekitar Rp. 500-700 rb. Meskipun pihak rumahsakit juga memiliki formulir medical check up yang dimaksud namun alangkah baiknya jika kita membawa sendiri sekaligus mengisinya, ya setidaknya sudah menghemat 10menit untuk mengisi form tersebut. Jangan lupa bawa juga foto berwarna ukuran 2x3 minimal 2 lembar untuk ditempelkan dan dicap di bagian yang telah disiapkan nantinya. Pengalaman aku kemarin hanya lupa membawa foto saja harus menunggu 2 hari kemudian baru bisa diambil dan pastinya harus bolak balik, apalagi jarak rumah sakit dan tempat kerjaku tidak dekat. Pokoknya jangan pernah menyepelekan sesuatu meski yang remeh sekalipun ya sob (penyakit kronisku tuh_ harus diberantas pelan2),,,oya selain itu, jangan lupa, karena kita akan melakukan pemeriksaan feces, jadi bawa sampel feces kita dari rumah. Yang penting tidak lebih dari dua jam karena dikhawatirkan hasilnya tidak valid. Atau alternative lain, sobat bisa cek feces di laboratorium terdekat tempat tinggal teman2 sekalin dan hasilnya bisa diserahkan ketika akan  melakukan cek kesehatan rumah sakit yang telah jadi rujukan tadi. Termauk juga jika kebetulan  vaksin MMR di rumah sakit sedng “kosong” (itu mungkin saja terjadi# pengalamn teman juga), sobat bisa “minta” vaksin ke dokter anak (sambil ngebayangin ikut antri diantara baby2 mungil dan lucu :P ) dan jangan lupa sertakan label vaksin yang telah digunakan tadi untuk ditempelkan surat keterangan dari dokter tersebut nanti kita serahkan ke rumah sakit yang telah menjadi rujukan  (sebagai dasar pihak rumahsakit dalam mengeluarkan sertifikat telah melakukan imunisasi).

Informasi lainnya, adalah surat keterangan dari rumah sakit bisa ready sekitar 2 atau 3 hari kerja. Tergantung juga, kalau teman2 datang lebih awal (sebelum jam 15.00 sudah melakukan cek darah dan urin), maka biasanya keeseokan siangnya hasil sudah bisa diambil (mengabaikan jumlah antrian lho ya,,,). Namun jika sobat datang diatas jam 12 siang, maka bisa dipastikan itu adalah jam makan siang,,hehe…makudnya, hasil bisa lebih lama dari yang aku katakan diatas tadi.

c.  Hasil medical check up
Surat keterangan yang akan dikeluarkan oleh pihak rumah sakit akan terdiri dari 3 jenis yang berbeda, yaitu formulir Medical Check Up ICDF Taiwan Scholarship dan yang kedua dalah formulir  dengan Kop Rumah sakit masing2  dan yang ketiga adalah sertifikat keterangan imunisasi MMR. Ingat sob, semua itu adalah tiket kita menuju negeri Cina, jadi sebaiknya dijaga, jangan sampai ketriwal (apa ya bahasa Indonesianya) atau mungkin ketlingsut (apa lagi nih?),,oo atau terselip! Jadi scan dan fotokopi semua dokumen tersebut sebagai back up file kita, dan untuk sertifikatnya sebaiknya di laminating, takutnya nanti terkena sambel bakso kan repot,,hihi

Saatnya mengirim dokumen tersebut ke alamat yang dituju
Setelah itu kita lanjutkan aktifitas seperti biasa, sembari berdoa dan menunggu hasil semoga mendapatkan apa yang terbaik dari Allah..ada sekelumit pengalaman, terkadang kita manusia melompati satu jenjang dengan apa yang menjadi kehendak Allah..optimis itu perlu sobat, bahkan harus, tapi hati2 ketika rasa optimis kita berbenturan dengan Kuasa Allah, namun pengalamn gagal berkali2 membuatku tidak ada keraguan sedikitpun, bahwa rejeki tidak akan pernah tertukar, mungkin sebelumnya itu belum rejekiku. Bukankah banyak juga teman2 lain yang berhasil merebut beasiswa ke luar negeri pada akhirnya juga sebelumnya mengalamai kegagalan sepertiku?. Apalagi mengingat kemampuanku dalam berbahasa inggrisku tidaklah seberapa dibandingkan yang lebih expert.  Jadi dimanapun dan siapapun sobat, kalian berhak untuk mencoba, bahkan mungkin sekalipun tidak mungkin dimata manusia, tapi di mata Allah, sebaliknya. Jadi! Maka Jadilah, sungguh mudah bukan bagiNya merubah segala sesuatu meski hanya dalam kedipan mata. Bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin, seorang yang berasal dari ndeso seperti saya akan mampu menembus beasiswa luar negeri. Nah obligasi kita (red. Kewajiban) adalah memperbaiki usaha, itu saja. Sederhana kan?.. sobat, sekali lagi, Allah tidak pernah tidur, sungguh Ia tidak pernah tidur. 



 “Indahnya” masa penantian
Ia Maha Melihat, Maha Mendengar (berkali2 kata2  itu aku tanamkan di hati dan pikiranku) disetiap awali hariku berangkat ke tempat kerja sebagai salah satu usahaku untuk menyempurnakan takdirnya. Lelah, iya, bosan? Iya..apalagi disetiap berpapasan dengan rekan2 lain dengan pertanyaan yang sama di setiap harinya..”kapan berangkat?”,,gimana DIKTI nya, lolos gak”…”coba daftar di sini, coba disitu”,,duh sobat, serasa mukaku ingin kusembunyikan diatas tumpukan kertas  (yang sudah tidak dapat dibedakan antara kertas dan muka) atau kusembunyikan ke belakang pintu.. antara perasaan jengah, malu, sesak, pusing, semua lengkaplah sudah..what?? do you think I did not do anything for my passion?I did!..tapi tidak mungkin aku menjawab semua itu, akhirnya hanya kuberikan senyum simpul saja bagi yang bertanya.

 Pikiranku negative dan positif kembali berperang. Pastinya rekan dan atasanku bertanya seperti itu tidak lain dan bukan hanyalah Meraka amat perhatian dan ingin segera mendengar kabar baik dariku, hanya itu (sebab usahaku sudah dimaulai sejak 2011 yang lalu). Dan jadilah aku karyawan yang berhati dan bermuka dua…ya, hatiku terbagi antara pekerjaan dan angan2 ingin segera sekolah, dan mukaku yang manis ketika bertemu orang tapi ketika sendiri jadilah muka yang bermuram durja. Ketika kembali pulang ke rumah pun juga bermuka dua, dan jagoanku lah satu2nya alasanku untuk bisa tersenyum melihat tingkahnya yang lucu (red. Waktu itu Azam 18bulan),

Suami, kemana???  Sejak aku dinyatakan positif hamil sampai anakku menjelang usia  2 tahun kemarin  kami LDR sob alias tresno jarak adoh. Doi pun berjuang sebagai mahasiswa di Jakarta, bernego dengan macetnya Jakarta ketika harus praktek di rumah sakit, berangkat jam6 dan kembali jam 6 pula. Masa iya aku masih tega membebaninya denga setumpukan cerita mellow dan penatnya pekerjaan yang kualami seharian dikantor. Sedangkan hanya mengatakan kalau anakku demam saja aku tak tega..Berat, sungguh berat bagiku yang hidup sendiri jauh dari keluarga. Ya Allah hanya Engkau tempatku mengaduh, aku semakin yakin, cerita berat ini akan segera berakhir dengan sesuatu yang membuatku gembira (paling tidak). Aku pun tahu sob, anakku juga mampu merasakan gelombang negative yang kubawa, jadi terkadang rewel dan semacamnya juga tak jarang sebagai bentuk protesnya padaku..oya, aku hanya tinggal bertiga dengan keponakan yang menemani jagoanku ketika kutinggal kerja. Terimakasih untuk mb septi (tidak terbayar jasamu). Hikmahnya, meski setiap kali merasa semakin berat hidupku namun anehnya jauh dilubuk hati yang terdalam timbul sebuah keyakinan bahwa inilah harga yang harus aku bayar untuk sebuah “kesuksesan”. Toh roda kehidupan mesti berputar. Lakukan saja sesuai peran yang ada.  Sobat, hajat apapun yang sedang kita ajukan untuk nasib kita, pastilah dalam perjalananya Allah menguji kita juga, layakkah kita, pantaskah kita dan cukup oke kah kita dalam menerima hadiah Allah nanti?. Yakin, karena hal itulah yang pernah aku alami.

         Hadiah terindah
Ketika terlalu menikmati proses, aku lupa bahwa hari itu sudah pengumuman ICDF yang bersamaan dengan pengumuman DIKTI. Pagi hari hatiku sudah  dibuat menangis, lemas lunglai tak berdaya. Ya Allah apalagi ini? Masih mau diuji lagi? Masih belum layak lagi? Ya sudah, berarti memang harus sekolah didalam negeri saja, aku pun langsung browsing untuk mencoba mencari informasi sekolah mana yang masih membuka pendaftaran? Dan apakah jurusannya sesuai? Atau aku juga mencoba mencari jadwal kapan tes IELTS, aku ingin tes IELST lagi, mungkin hasil terakhirku lebih baik..dan bisa lebih mudah mencari beasiswa lain semisal DAAD di Jerman, atau Fullbright or AMINEF di USA, atau Nuffic- Nesso Belanda  atau,,,sudahlah.
Dan endingnya sore hari dapat kabar dari suami kalau pak Wisnu sadhana (teman kami yang sedang menempuh S2 di Taipei) memberinya kabar kalau aku lolos ICDF Taiwan. Aku sudah terlanjur kecewa. I have no appetite anymore with my passion, aku sudah tak punya minat lagi untuk cita2ku. Jadi kubiarkan saja berlalu hingga beberapa hari selanjutya aku mendapatkan email resmi dari TETO Jakarta dan NTUNHS yang bunyinya "CONGRATULATION !!,,panjenengan dipun tampi dados ICDF Recipeint tahun meniko (kurang lebih begitu)..hehe . Dan Alhamdulillah puji syukur karena semua nyata, bukan mimpi, dan Allah memenuhi janjiNya.  Finanly guys.. Taipei, Im coming!!!

Siapa yang bersungguh- sungguh, dia akan mendapatkan,,,,” “Dan apakah Kami akan membiarkanmu mengucapkan beriman kepada Kami tanpa kami Uji terlebih dulu keimananmu..(yang kuingat begitulah kira2 kalimat dalam kitabku _ Cukup Allah  yang Memberi kecukupan padaku dan Hanya Allah sebaik2 Pemberi Kecukupan). Sobat, Allah is Great! Allah is Everything, last, now and future. He is Forever! Jangan pernah membiarkan diri jauh dariNya, karena kita tidak perah tahu kapan “Tangan- Tangan” Allah akan membantu kita. Begitulah liku-liku dalam mencari sebuah beasiswa, setiap orang pastinya memiliki proses dan cerita yang berbeda. Namun bagiku, proses yang kualami sarat makna dan merupakan proses pembelajaran hidup yang luar biasa. Mengingat begitu banyak tantangan dalam diriku (kemampuan bahasa, keuangan, kondisi keluarga). Sejatinya mendapatkan beasiswa hanyalah puzzle penutup dari sebuah pengharapan, dimana sebelum itu terdapat puzzle2 lain yang harus dilengkapi sebelum puzzle terakhir. Puzzle itulah yang kusebut PROSES BELAJAR. Jadi menurutku, apapun beasiswa yang kita incar, siapkan diri untuk mau berproses. Bagi teman2 yang belum beruntung dalam menembus beasiswa, jangan berputus asa, bisa jadi kegagalan kita saat ini justru akan menghantarkan kita untuk mendapatkan yang lebih baik dari apa yang kita kira sebelumnya,percayalah.

Terimakasih sobat untuk menyimak perjalananku yang satu ini. Tentang perjalananku mengurus Visa, aku juga ingin berbagi true story bahwa di setiap perjalanan kita tidak akan pernah lepas dari pelajaran yang harus kita ambil dan hayati. Saran dan kritiknya selalu dinanti ya Sob,,,terimakasih..Jika ingin sharing denganku terkait beasiswa ICDF, dengan senang hati sob kubantu sesuai pengetahuan dan pengalamanku. berikut aku tambahkan link yang berkaitan dengan studi ke Taiwan. (hope usefull :) )

  1. Taiwan Education Centre In Indonesia
  2. TETO di Jakarta
  3. Dokumen VISA--> jangan lupa klik versi "ENGLISH"

Meeting Room TETO Jakarta

TETO Jakarta

Picture of  MOVA,HES, ICDF awardees and TETO's staff in Jakarta

Kamis, 02 Januari 2014

Nurse-Midwifery Course Visiting

View from 2nd floor

Labor Delivery Room (LDR)/ melahirkan dan nifas diruang yang sama

USG's Room

Waiting Room

Kunjungan untuk mata Kuliah Nurs-Midwifery

Assalamualaikum..
Hi Sob,,kali ini aku ingin berbagi pengalaman hasil dari kunjungan ke Women's and Centre Clinic dan BEST Midwife clinic di daerah Taoyuen dan Yilan, Taipei, Taiwan pada tanggal 28 Desember 2013 tahun lalu (,,,xixi karena menulisku sudah diawal 2014).
Pertama,,Bin-Kun Woman and Children's Clinic Centre,dimana pertama kali klinik ini didirikan baru beberapa tahun yang lalu (belum ada 7 tahun ),,jika dibandingkan dengan usianya yang masih muda (anak kecil 7 tahun baru mulai kelas 1 SD lho sob...) tapi untuk klinik ini sudah mampu menyuarakan misinya selevel anak kuliahan yakni sebagai salah satu klinik di Taiwan yang memang dengan sengaja di setting seperti rumah alias homy,,coba sobat liat jepretan2 berikut,,,
Postpartum Room

Postpartum Room    







Sobat ingin tahu pertama kali reaksi saya melihat ruangan ini?....ini mah dengan tempat tidur saya masih mewah klinik ini,,xixixi,,,i'am serious!,,jadi inilah yang disebut postpartum room care, para ibu baru boleh menyewa tempat ini selama (rata2) 1 atau 2 bulan tergantung kebutuhan dan kemampuan budget mereka,,disini mereka dilayani sepenuhnya (makan, londry, tempat tinggal)a, para klien pengguna ruangan  ini biasanya para wanita karier yang jauh dari keluarga sehingga mereka membutuhkan bantuan tenaga untuk merawat bayi mereka (terutama saat ditinggal kerja),, mungkin kalau saya boleh bilang ini adalah "apartemen mini" klien atau mungkin tempat penitipan bayi secara privat (entahlah,, yang jelas sejenis itu). Seluruh Ibu hamil dan melahirkan di jagad Taiwan ini sudah di cover oleh NHI (National Health Insurance) yang  notabene sebentar lagi akan di luncurkan juga di Indonesia (kabarnya malah sejak 1 Januari 2014 kemarin ya?..maklum saya kurang mengikuti ),namun modelnya di Taiwan ini, Ibu Hamil mendapatkan fasilitas untuk melakukan screening kehamilan dengan free dan pada saat persalinan mereka juga hanya membayar sebagian saja (tidak full)/ terus terang aku kurang paham sistem NHI yang nantinya berlaku di Indonesia, daripada salah membandingkan lebih baik membandingkan Taiwan dengan Indonesia sebelum berlaku NHI ya.,,untuk rata2 biaya persalinan di daerah Taipei di episode selanjutnya ya,, In Shaa Allah. Pada saat Bayi lahir pun segera akan dilakukan screening untuk bayi normal maupun tidak normal, dan lagi2 itu free alias gretong bo'..termasuk klinik Bin Kun ini,,pendirinya adalah seorang dokter spesialis yang sangat care dengan konsep rumah sakit as homy. dan nama klinik tersebut diambil dari nama depan sang dokter, dr.Bin-Kun.

Ketika kami memasuki hall untuk acara penyambutan, kami disambut dengan hangat oleh tiga orang Ladies yang anggun, namun salah satunya berpostur kecil dan sangat murah senyum dan terkesan sederhana. dengan gayanya yang nature, namun tetap bisa kutebak dia adalah Taiwanese, dan benar, bahasa Inggrisnya sip markosip punya (dibandingkan dengan saya,,bukankah Taiwan dan Indonesia sama2 tidak menggunakan Bahasa English  sebagai official language?), jadi kesan pertamaku adalah kagum kepada gadis muda ini. setelah sang owner memperkenalkan diri,,kemudian aku dibuat kagum lagi karena sang owner menyebut bahwa jika ada yang kurang jelas mengenai klinik ini, silahkan bertanya kepada gadis muda tadi  yang ternyata adalah putrinya yang telah studi di Amerika selama 7 tahun lamanya (Wow! awesome!)....dan point nya adalah, aku malu dibuatnya, karena terkadang jujur saja, kadang terbesit rasa bangga dan  "sombong"  dalam diriku dengan kemampuan Bahasa Inggrisku yang sebenarnya tidak seberapa ini, jika dibandingkan dengan teman2ku yang kemampuannya berada dibawahku,,, lagi2 pepatah "diatas langit masih ada langit",,jleb menohok dan tepat sasaran. Allah SWT kali ini "menamparku" dengan dipertemukannya aku dengan profil gadis di depanku ini,, Low Profile but high profit,,tiba2 pikiranku melayang, andai dia seorang muslimah, andai dia masuk Islam,,lho,,lho,,ya Semoga Allah SWT suatu saat memberikan hidayah kepadanya Aamiin,
The Owner : dr.Bin Kun  











































































































Now, kita coba melihat lebih dalam lagi, beranjak dari lantai 1 kemudian lantai 2 dan kemudian lantai 3 serta lantai 4. Di masing2 ruangan memiliki fungsi masing2, khusus di lantai 4 adalah ruang Perinatal dan setiap pengunjung haruslah mengenakan baju dan sandal yang sudah disiapkan oleh klinik,, di Indonesia juga seperti itu bukan??
sssttt...jangan berisik ya
ini juga ada di lantai 4
ruang perina

Box Fototerapi
aku suka ruang tunggunya,,dan sesuai visi dan misi klinik ini yaitu untuk menghilangkan kesan "rumah sakit" sehingga pasien merasa nyaman dan seperti dirumah sendiri,,
coba tebak, Hotel atau Klinik??

Ruang Tunggu Pasien di Lantai 1

Ruang santai di bagian belakang klinik

Diperuntukkan Ibu yang sedang bersalin apabila ingin walking and moving
 bagaimana, sepakat tidak kalau memang klinik ini sudah berhasil  membahasakan mindset "rumah sakit" seperti rumah yang tidak sakit? yang tidak sepakat berarti tidak pro,,(hehe just kidding). jika dilihat dari luar, klinik ini sangat mungil, sangat jauh dari kesan mewah dan megah, sayang aku tidak sempat mengambil gambarnya dari luar, karena selain gerimis, juga buru2 karena Bis yang membawa rombongan sudah merapat. dan kunjungan menjelang makan siang itu ditutup dengan bacaan Hamdalah (dalam hati) dan foto bersama
Gadis berbaju hitam (tengah) yang low profile
oke sobat,,sampai disini dlu,, besok In Shaa Allah episode selanjutnya tentang cerita makan siang dan pastinya kunjungan di BEST Midwives Clinic yang tak kalah seru nya,,mungkin saja bisa menjadi inspirasi teman2 sejawat saat ini atau nanti,,Aamiin (hope usefull).Wassalamualaikum...

Perjuangan Mendapatkan Beasiswa





Tulisan ini kupersembahkan untuk teman2 dan kerabat yang selama ini feeling curious untuk  bagaimana mendapatkan beasiswa ke luar negeri

Perburuan pertamaku untuk studi diluar negeri dimulai pada tahun 2010-2011 yang lalu, dimana pada kesempatan ini aku ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada tempatku bekerja di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, karena dengan kebijakan baru telah memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh dosen maupun aisten dosen untuk melanjutkan studi ke luar negeri tanpa memandang senior ataupun junior (karena pada saat itu, belum genap setahun lamanya aku bekerja). Juga terimakasihku persembahkan untuk suami tercinta yang tanpa restunya tidaklah mungkin aq bisa mampu mendapatkan  kesempatan ini.
Pada awal tahun 2011, ada informasi dari teman sekantor tentang pembukaan gelombang baru untuk beasiswa Luar Negeri bagi jenjang Master. Tanpa berpikir panjang, aku dan teman seperjuanganku Cesa Septaria P, untuk apply beasiswa yang di biayai DIKTI (www.dikti.go.id). Saat itu bisa dikatakan kami hanya modal nekat, mengapa?karena syarat utama untuk mendapatkan beasiswa adalah harus lolos requirement dan salah satunya adalah English requirement, kebetulan jurusan yang kami pilih mensyarakan IELTS overall score 6.5 (masing2 no less than 6.0). jangankan IELTS, materi tesnya saja kami belum pernah terpapar. But, anyway berikut langkah untuk mendapatkan beasiswa Luar Negeri adalah ;
A.      Tentukan dulu Negara dan Universitas yang akan dituju.
a.       Apa yang menjadi jurusan favorit yang sesuai dengan latar belakang pendidikan teman selanjutnya, karena hal ini akan mempermudah teman2 dalam memilih dari begitu banyaknya jurusan yang ditawarkan. Apakah universitas tersebut menawarkan program Internasional  yang sesuai dengan  minat teman2 atau tidak.
b.      Jika teman2 ingin mengambil jurusan untuk Master ataupun Doktor yang berbeda dengan latar belakang pendidikan teman sekalian sebelumnya alias “banting setir”, its ok, tapi harus kalian pastika bahwa kalian cukup mampu untuk mengiktui program tersebut
c.       Nah, setelah menemukan jurusan yang kita inginkan, maka selanjutnya adalah mencari tahu, berapa English requirement dari jurusan tersebut (biasanya untuk jurusan kesehatan memiiki English requirement lebih tinggi dibading jurusan yang lain). Informasi ini sangat penting, mengingat keterbatasan umum calon mahasiswa Indonesia adalah kemampuan Bahasa Inggris, termasuk bagiku pribadi. Hanya informasi, pada saat aku mencari list universitas yang dituju, saat itu aku belum memiliki skor IELTS, saat itu hanya ,berbekal keinginan kuat . Oya sob, jangan lupa untuk mencari tahu juga apakah Universitas yang kita tuju tersebut memiliki track record yang baik dalam pendidikan atau tidak, kita bisa mencari tahu via “google”. Jangan hanya karena kita ingin sekolah di luar negri, lalu asala saja dalam memilih universitas,, itu jangan sampai terjadi.
d.      Apabila teman2 sebelumnya sudah memiliki skor IELTS maupun TOEFL ataupun GRA yang lumayan tinggi (red: sesuai kualifikasi), tentu itu akan lebih memudahkan lagi teman2 untuk mencari universitas yang dituju.
e.      Setelah mendapatkan list universitas yang diinginkan, segara lakukan pendaftaran ke universitas tersebut melalui Online, namun sebelumnya, siapkan dulu dokumen2 berikut :
Ø  Transkip dan Ijazah pendidikan terakhir yang telah di translate ke dalam bahasa Inggris
Ø  Passport yang masih berlaku
Ø  Pas foto berwarna terakhir 4x6 (pas foto berhijab tidak masalah)
Ø  Surat rekomendasi dari atasan/ pembimbing saat kita kuliah dulu, biasanya pihak universitas meminta 2 orang sebagai pemberi rekomendasi (dalam versi bahasa inggris juga tentunya).
Ø  IELTS atau TOEFL atau GRA terakhir (masa berlaku 2 tahun terakhir)
f.        Teman2 bisa mendaftar sendiri atau bisa juga menggunakan jasa/agent pendidikan yang ada di tempat tinggal teman2 sekalian. Pada saat itu aku meminta bantuan Mb Tiwuk dari Edlink  (Edlinkconnect) di Jogjakarta untuk mendaftar di Flinders University, RMIT (universitas yang ada di Australia). Menurut pengalamanku, agent ini free, tidak menarik biaya apapun dalam membantu mendaftarkan ke Universitas tersebut (karena mereka bekerjasama langsung dengan Universitas2 tersebut). Selain aqmencoba peruntungan di Australia, aku juga mendaftar sendiri di salah satu Universitas di New Zealand (maaf lupa namanya, hihi). Anyway, LoA yang kita butuhkan nantinya sebagai salah satu syarat untuk mendaftar beasiswa DIKTI. Pengalaman aku yang lalu, lamanya proses LoA mulai dari 2 minggu hingga 3 bulan, jadi akan lebih baik jika teman2 mendaftar jauh2 hari untuk mendapatkan LoA sebelum mendaftar ke DIKTI.
g.       Proses selanjutnya akan lebih menantang, karena syarat selanjutnya yang kita belum dapat adalah surat ijin dari KOPERTIS wilayah setempat (karena aku bekerja di Instansi Swasta), bagi pegawai negeri hanya membutuhkan SK saja tanpa surat pengantar dari KOPERTIS. Sebelum ke KOPERTIS untuk mencari surat tersebut, kita harus membawa surat pengantar dari Atasan tempat kita bekerja, adapun lampiran yang harus kita sertakan adalah :
Ø  Bukti kepemilikan NIDN
Ø  Surat pengantar dari Atasan/ Direktur/Rektor/ Wakil Ketua I
Ø  Surat bukti telah menjadi pegawai tetap pada Instansi tersebut (berupa SK dari Ketua Yayasan)
Ø  Pas Foto berwarna terbaru (maksimal 6 bulan terakhir)  4x6 (berapa lembar, siapkan saja sebanyak-banyaknya,,,hehe)
Ø  Fotokopi Ijazah pendidikan terakhir
Kemudian dokumen2 tersebut kita masukkan dalam satu map agar tidak tercecer, lalu kita serahkan ke KOPERTIS wilayah setempat, dan kemudian tunggu hasilnya beberapa minggu kemudian.
h.      Kita bisa mendaftar beasiswa DIKTI sambil menunggu dokumen2 kita lengkap, artinya tidak perlu harus menunggu hingga semua dokumen complete, karena terkait waktu. Sebagai informasi tambahan, beasiswa DIKTI selalu dibuka dalam bentuk batch atu gelombang, dan setiap tahun biasanya akan di buka 2 batch, diawal tahun dan pertengahan tahun. Nah, jika teman2 sudah mengetahui ada pembukaan gelombang baru, maka sebaiknya segera daftar via online sambil mengurus kelengkapan dokumen, lebih banyak waktu yang dimiliki maka akan lebih bai.  Karena teman2 tidak tergesa2 apabila dinyatakan lolos untuk mendapatkan beasiswa pada akhirnya. Dokumen yang diperlukan untuk mendaftar beasiswa DIKTI tidak jauh beda dengan dokumen yang digunakan untuk mendaftar ke Universitas tujuan kita, hanya ada beberapa yang ditambah, lengkapnya, berikut dokumen2nya :
Ø  Transkip dan Ijazah pendidikan terakhir dalam versi bahasa Inggris
Ø  Surat rekomendasi dari atasan minimal 3 orang (bisa dari atasan kerja, dosen pembimbing pada saat kita kuliah dulu, baik itu dosen pembimbing untuk penelitian maupun bimbingan yang lainà surat rekomendasi itu dibuat dan ditandatangani oleh orang yang pernah mengenal track record kita di masa sebelumnya). 
Ø   Passport yang masih berlaku
Ø  Surat rekomendasi dari KOPERTIS bagi perguruan tinggi swasta (surat tersebut kita dapatkan setelah mengajukan surat pengantar dari Direktur/ atasan kita di kantor). Biasanya diproses dan dapat kita terima dalam waktu minimal seminggu sampai sebulan, tergantung apakah koordintor KOPERTIS setempat sedang berada  di tempat atau tidak.
Ø  Pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6
Ø  IELTS  (disesuaikan oleh syarat masing2 kampus tujuan, varian antara 5.00-7.00 untuk bidang kesehatan) ataupun TOEFL (DIKIT mensyaratkan skor 500).
Ø  LoA ataupun admission letter dari kampus yang dituju. Jika LoA kita masih bersifat conditional atau bersyarat, tidak masalah, DIKTI akan memberikan tenggat waktu apabila kita dinyatakan lolos hingga tahap seleksi administrasi.

Jika semua dokumen telah kita dapatkan, maka proses selanjutnya adalah men-scan satu persatu dokumen tersebut, karena pastinya semua soft file dokumen itu akan kita butuhkan setiap saat.
Jika teman2 sekalian sudah selesai melakukan pendaftaran di laman DIKTI dan telah melengkapi semua dokumen yang diminta, maka selanjutnya adalah berdoa untuk menunggu pengumuman dari DIKTI. Kelak, proses yang akan dijalani apabila kita mampu lolos seleksi administrasi adalah kita akan dipanggil untuk melakukan wawancara oleh Pihak DIKTI. Nah, pada momen ini, bagi anda yang belum memiliki LoA Unconditional atau yang bersyarat, maka bisa dibawa pada saat wawancara. Tujuan dari wawancara ini adalah memvalidasi smua dokumen yang telah teman2 kirimkan kepada pihak DIKTI sebelumnya serta memastikan hal-hal yang belum jelas. Jangan dibayangkan terlalu serius pada wawancara ini, slow saja, karena selain kita yakin bahwa rejeki tidak akan kemana, sekaligus mengkondisikan kita untuk bertemu teman2 seperjuangan sesama pencari beasiswa. Pada saat itu, Alhamdulillah aku mendapat panggilan wawancara DIKTI dengan sentra lokasi di Yogyakarta, meskipun LoA ku masih Conditional atau bersyarat (artinya Universitas tujuan ku sudah menerimaku sebagai Mahasiswa dengan catatan harus segera memenuhi  IELTS 6,5  overall dengan minimal masing2 skill adalah 6) namun aku tetap PD untuk datang. Bisa dipastikan, pada saat pengumuman, aku belum beruntung untuk mendapat kesempatan studi di luar negeri. Pada saat itu kekuranganku hanyalah skor IELTS. Oya, sekedar share pengalaman tambahan, pada saat dinyatakan belum lolos dalam seleksi beasiswa DIKTI, pada saat itu sebenarnya aku dalam kondisi hamil muda (red. 4 bulan), sehingga hal itulah yang semakin menambah kekuatanku bahwa Allah SWT Maha Tahu segala yang terbaik bagi hambanya, kita manusia hanya wajib berusaha. Dalam selang waktu selama setahun, aku melakukan short course preparation dengan temanku Cesa Septaria P, di sela2 jam mengajar kami. Jadi biasanya kami pergi kursus diantara jam 14-14.30,sehingga otomatis 1jam sebelum kursus aku sudah harus meninggalkan tempat kerjaku, mengingat jarak yang tidak dekat untuk ditempuh. Dan setelah selesai kursus, tidak jarang kami kembali lagi ke tempat bekerja untuk melanjutkan pekerjaan yang harus diselesaikan,,dan begitu seterusnya. Jadi yang namanya mabok alias morning sickness juga aku alami, di sela2 kursus,,bolak balik ke lady’s room juga sudah jadi bagianku, untung mentorku maklum tentang kondisiku (hehe maaf miss). Singkatnya, kadang rasa lelah dan putus asa juga menghampiri, karena setelah kembali ke rumah, bukannya istirahat tapi harus segera mengerjakan dan latihan bahasa Inggris di rumah,,,tapi saat itu temanku sangat supportive,dan aku sudah bisa memprediksi bahwa dia akan mendapatkan apa yang dia kejar. Setelah itu beberapa waktu kami mengambil kursus di tempat lain (Ions Educations Centre). Selama kurang lebih 1 bulan kami mengasah kembali persiapan untuk tes IELTS di bulan yang sudah kami tentukan sendiri. And after my first IELTS test was failed (I was predict it before) just got 5.0 scores…I was not disappointed (disappointed awalnya/ wajar/ masih denial),,namun karena sekali lagi Allah Maha Tahu kemampuanku, dan itu sangat menguatkanku, Dia ingin aku melahirkan dulu di Indonesia. Yang ingin aku ceritakan lagi sob, bukan masalah gagalnya tapi hikmah yang sangat luar biasa. Allah itu Maha segalanya, Allah is Great!, setelah aku melahirkan di kampung halaman dan memastikanku bertemu Ibuku (sob, aku bekerja di Jogja dan orangtuaku tinggal di Lampung), tepat setelah 1,5 bulan kelahiran bayiku, Ibuku di panggil Nya, tanpa sakit, tanpa ada halangan, meninggalkan kenangan dan tanda- tanda kepergian yang manis sebelum kepergiannya. Sontak, saat itu yang kupikirkan bukan karena Ibuku pergi, namun puji syukur aku berkesempatan menghantarkan Ibuku pergi secara langsung. Coba sobat bayangkan, bagimana jika saat  pengumuman DIKTI aku dinyatakan lolos dan berangkat kuliah? Tapi sekali lagi, hikmah yang luar biasa aku dapatkan. Dan Ibuku sungguh pergi di saat yang tepat, rencana manis yang Allah siapkan untuk nya dan sesuai doanya bahwa ia ingin pergi setelah aku “mentas” (bahasa jawa, artinya, “mandiri”)…semoga Ibu semakin bahagia sekarang, Amiin.  Perjuangan masih berlanjut guys,,,live must go on..
Singkat cerita setelah teman seperjuanganku menyelesaikan studinya (1,5 tahun kemudian), dan aku masih dengan proses yang sama, memperjuangkan IELTS ku yang mepet. Pada saat itu aku dapat info bahwasanya ada satu Universitas yang membuka jurusan baru di bidang Midwifery dan aku tahu itu adalah satu2nya universitas yang memiliki program tersebut di ASIA yaitu National Taipei University and Health Sciences (NTUNHS), yang berlokasi di Taipei, Taiwan. Tanpa pikir panjang sob, aku langsung mendaftar via Online dan kembali mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan, sambil kembali menggenjot IELTS ku yang pas2an. Hanya sekedar diketahui, selama  itu, aku mencoba mengikuti tes IELST di Ions Education Centre Yogyakarta selama 6 kali (setiapkali  tes = USD 200) dan hasil terakhir masih di kisaran 5,5 scores. disaat yang bersamaan juga kudapatkan informasi tentang beasiswa dari pemerintah Taiwan yang di kenal dengan ICDF Taiwan Scholarship (terimakasih Pak Wisnu Sadhana untuk bantuannya). setelah memasukkan berkas2 yang diperlukan, kemudian menunggu hasil. di episode selanjutnya (In Sha Allah), akan ada story tentang bagaimana mendaftar ICDF . Pada saat itu aku hanya mencoba kesempatan karena selain apply beasiswa tersebut, aku juga mencoba lagi untuk kesekian kalinya apply ke DIKTI, kali ini aku harus mengurus surat ijin dan rekomendasi dari awal lagi. berita baiknya adalah aku mendapat penggilan wwancara, segala dokumen kupersiapkan seperti pada saat proses wwancara beberapa tahun lalu, namun sayangnya ketika proses wawancara selesai, dan Interviewer tidak menemukan kampus tujuanku tidak masuk dalam daftar DIKTI (pihak kampus pada saat itu belum melakukan kerjasama dengan DIKTI Indonesia; kabarnya sudah bekerjasama namun sedang dalam proses), bisa diprediksi aku gagal lolos lagi. DIKTI memberikanku tenggat waktu untuk mendaftar di kampus lain saja..bagiku amat sangat tidak mungkin mengingat tenggat waktu yang tidak cukup, selain itu sudah terlintas di benakku untuk memulai segalanya dari nol akan semakin tidak mungkin. sehingga pada waktu aku putuskan untuk tetap menunggu hasil dari pengumuman ICDF. aku tidak berharap banyak, karena belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa aku tahu Allah Maha Tahu, sehingga apapun haislnya adalah yang terbaik dari Nya. Pada saat pagi hari melihat pengumuman dari DIKTI tdan aku dinyatakan tidak lolos, pada sore harinya Allah mengobati kekecewaanku dengan dimasukkanNya aku dalam daftar mahasiswa dari 4 mahasiswa lain  dari Indonesia yang lolos beasiswa ICDF. Alhamdulillah, ini adalah jawabn doaku..meski  tidak terlalu mengerti tentang fasilitas apa saja yang akan aku dapatkan dan akan mengcover apa saja beasiswa ini, aku sujud syukur. baru aku sadar bahwa ternyata ICDF Scholarship adalah kompetisi tingkat negara (namun aku mneyebutnya kompetisi nasib dan takdir), sehingga pada saat orientasi ICDF di TETO Jakarta sebulan sebelum keberangkatanku, teman2 seperjuangan yang mendapatkan beasiswa dari MOVA, MOE dan Taiwan Government menyalami dan memberikan selamat kepada kami, karena ternyata rata2 mereka juga mendaftar ICDF tapi belum lolos..dan aku hanya terbengong saja menanggapinya.. (hehe..krn emang gk ngerti apa2/ belakangan baru tahu ternyata ICDF lebih "menjanjikan" dari beasiswa sejenis lainnya). Tahun 2013 ini hanya 5 mahasiswa yang lolos beasiswa ICDF, namun 1 diantaranya mengundurkan diri (dan aku tercantik sendiri diantaranya), dan tahun 2012 kemarin hanya 2 mahasiswa. ke, selanjutnya pengurusan Visa,,,
Salah satu syarat untuk lanjut study di Taiwan adalah semua dokumen harus di legalisir oleh Notaris, Kemenlu dan HAM serta TETO . Tetap simak sob, di edisi selanjutnya tentang bagaimana pengalamanku dalam proses legalisasi dokumen untuk study ke Taiwan . Biasanya saat melegalisir semua dokumen itu, mereka akan menanyakan dokumen yang asli dan KTP asli. Jika kalian tidak mau repot mengurus semua legalisir tersebut, kalian bisa meminta bantuan pihak agent sob. Mulai dari legalisir dokumen hingga pembuatan visa, kita bisa menggunakan jasa agen, untuk harga, siapkan saja biaya sekitar 2-3,5juta. Tapi karena pada waktu itu jiwa petualanganku kambuh, jadi untuk urusan visa aku handle sendiri, jadilah aku bolak balik Lampung-jakarta pada waktu itu (karena aku sudah mengajukan cuti tugas belajar, posisiku sudah di lampung).  Pelajaran yang bisa kuambil adalah, setiap cobaan yang dirasa semakin berat akan semakin menjadi tolak ukurmu sampai dimana kegigihanmu dalam menggenggam impianmu. Karena pada saat itu kami (aku dan suami) sama2 tidak mengetahui medan yang kami jelajahi, dan dalam kondisi puasa dengan panasnya cuaca yang selalu menemani perjalanan kami setiap harinya, dan ditambah dengan deadline yang semakin dekat, sehingga dsirasa lengakplah sudah. Jujur sempat menyerah pada saat itu dan merasa untuk sekolah di TAIWAN dirasa sangat rumit dan begitu menyulitkan prosedurnya, tapi lagi2 suami adalah orang pertama yang memberi support nyata padaku. Alhamdulillah, beberapa hari menjelang Idul Fitr 2013i, visa ku sudah di tangan. Dan sujud syukurku saat itu bukan karena telah jadi nya visa ku dan siap berangkat, tetapi lebih karena aku mampu dan telah melewati masa tersulitku untuk studi di luar negeri serta akhirnya mimpi dan keinginanku untuk studi diluar negeri dengan jurusan yang sesuai tercapai sudah. Puji Syukurku pada Mu Ya Allah…Fabi ayyi ala irobikuma tukadziban…mengingat begitu banyak ikmat Allah yang telah Ia karuniakan padaku, sehingga saat itu aku merasa menjadi manusia yang paing disayang oleh Nya, diam diam dalam hati aku berazzam,,Ya Allah atas kesempatan emas yang telah Engkau Berikan ini, maka aku berjanji untuk menjaga amanahMu, menjaga hijabku, mengagungkanMu, mengingatMu dalam suka dan bahagiaku kelak ketika aku di Negeri rang, tidak mau terperdaya oleh gemerlapnya Dunia barat, dan aku akan menjaga Imanku padaMu…(semoga AllahSWT meridhoi, Aamiin). Jadi, pelajaran dan ujian bukanlah lulus saja dalam hal akademik, melainkan ujian selama proses untuk meraih apa yang kita inginkan itulah ujian dan pelajaran yang sesungguhnya. Begitu banyak pelajaran yang didapat, semoga menjadikanku lebih percaya diri dan yakin akan kebesaran Allah SWT dalam keterlibatanNya meniti tangga2 mimpiku yang lebih tinggi.
Jadi hanya kemauan dan tekad keras bagi siapa saja yang ingin mendapatkan beasiswa ke luar negeri,,begitu kata salah satu aktivis dari Pp Muhamadiyah, dan terasa benar adanya..so, teruslah berusaha dan pantang menyerah, Jia Yo! ...(bersambung di episode selanjutnya ya ..in sha Allah :) )
Now,,here Iam!


Now, Here Iam..

ICDF Orientation

ICDF Recipient and Perwakilan dari TETO Taiwan