29 September 2017 adalah menjadi titik awal perjuangan dalam
mengejar mimpi selanjutnya setelah kembali ke tanah air dan mengabdi di tempat
bekerja selama hampir 2.5 tahun lamanya. Selain karena diiringi banyak doa dari
mahasiswa dan kolega, keberangkatanku kali ini lebih membawa ekspektasi untuk
bisa berkumpul dengan suami di negari Formosa itu. Selama hampir 1.5 bulan kami
tinggal di asrama masing-masing karena memang bukanlah hal yang mudah untuk
mencari tempat tinggal yang affordable di wilayah Shipai (dekat dengan kampusku
di Ming De District). Sampai pada akhirnya perjuangan mencari kontrakan yang
lebih “human being” kudapatkan di daerah Linkou, dimana tempat itu dekat dengan
kampus suamiku di Chang Gung University, namun lumayan jauh dari kampusku di NTUNHS (National taipei Universityof Nursing and Healt Science) Shipai. Namun karena adanya beberapa pertimbangan yang bisa masuk di list kami,
akhirnya aku putuskan untuk ikut tinggal di daerah Linkou. Perbedaan harga rent
house antara di Shipai dan Linkou memang lumayan signifikan bagi kami yang
masih belajar untuk mengatur keuangan bersama. Sebagai contoh, ketika rent
house seharga 10.000-11.000 NTD di wilayah Shipai hanya mendapat sekitar 2x2.5
m2 dengan kamar mandi dalam seukuran 1x1 m2, dimana kitchen, refrige dan mesin
cuci adalah for public. Sedangkan di Linkou, dengan harga yang lebih murah bisa
mendapatkan apartement yang lebih lebar dan affordable tentunya. Beruntung
suami dibantu teman domestic dari Taiwan yang mencarikan apartement dan kami
dapat dengan harga perbulan 8000NTD+ electricity (estimasi kami sekitar
1000-2000NTD/bulan). Tempat tinggal kami hanya di seberang jalan dari rumah
sakit Chang Gung Memorial Hospital Linkou, salah satu rumah sakit swasta terbesar di
Taiwan (bahkan memiliki sekitar 9 cabang di seluruh Taiwan dan beberapa di
Amerika dan China).
Source:
www.medicaltravel.org.tw
Sekarang, sudah
hampir 1bulan kami tinggal bersama di apartement dan ternayat baru kemarin malam kami menyadari jika apartement kami sangat dekat dengan Elementary School
milik pemerintah. Terima kasih ya Allah, seolah semua sangat dimudahkan dan
dilancarkan olehNya jalan kami untuk segera bisa berkumpul secara utuh (aku,
suamiku dan anakku setelah hampir selama 8 tahun rumah tangga kami selalu hidup
terpisah). Suatu sore kami habiskan waktu bersama untuk mengelilingi area
apartement untuk melihat apa yang ada di sekitar area yang kami tinggali.
Alhamdulillah, kami tinggal di wilayah yang sangat tepat dan convenient, karen
tidak jauh dari tempat tinggal kami ada dua toko Indonesia (namanya Toko
Mercy), dan tidak jauh dari itu ada INDEX juga (oko indo juga tapi lebih
concern ke jasa pengiriman barang maupun uang ke Indonesia). Kedua toko ini
sangat berarti bagi para WNI yang selain kangen dengan masakan indo selama di
Taiwan, juga kangen dengan bahan baku masakan kering dari tanah air.
Kemudian exploring kami lanjutkan di hari lain, untuk berjalan
lebih jauh dari diameter tempat tinggal kami. Benar saja, jika berjalan sekitar
1-2 km kea rah pukul 12 dari tempat tinggal, ada PX Mart atau aku menyebutnya
dengan Blue Store, karena warna toko nya yang dominan dengan warna biru dan
saat itu belum tau apa nama toko nya. Store ini sangat familiar denganku,
karena pada saat 2 tahun lalu studi S2 dan tinggal di Ximen, store ini selalu
jadi rujukan utama untuk belanja keperluan dapur. Sekitar 500m dari Px-Mart,
mataku tertuju pada sebua logo yang seolah lebih familiar bagiku, adalah ECC.
Aku belum mencari tahu apa kepanjangan ECC ini, tapi yang jelas malam itu aku
bahagia luar biasa karena menemukan beberapa tempat yang bisa menjadi sumber
bahan di dapur dengan harga yang murah dan lengkap tentunya (maklum,
emak-emak ).
Suamiku mungkin terheran mengapa aku begitu girang bisa
menemukan tempat-tempat itu. karena sekarang aku punya pembanding antara Toko
Indo, INDEX, ECC dan Px-Mart. Ketika aku butuh bumbu khas Indonesia, pastinya
aku akan ke ECC dulu karena itu lebih murah daripada Toko Indo maupun INDEX.
Tapi untuk bahan baku tertentu yang sifatnya fresh, tentunya aku akan ke
Px-Mart. Seiring berjalannya waktu, referensiku bertambah lagi, ketika suamiku
bercerita jika didekat situ ada another store “WELCOME”, wow langsung saja
kuiyakan ketika akan diajak kesana. Tidak perduli harus berjalan 500m lagi dai
Px-Mart, kami menuju WELCOME. Benar saja, aku tambah sumringah ketika menemukan store
yang menjual Seafood yang fresh dan banyak pilihan daripada di PX-Mart. Luar
Biasa, the power of emak-emak tentang selisih harga muncul lagi..bagi kami para
kaum ibu, kami harus berhemat dan berjuang bagaimana caranya mendapatkan harga
yang lebih murah dengan kualitas dan produk yang sama, walau harus menempuh
jarak ratusan meter.
Malam ini, kami juga hang out lagi untuk mengeksplore arah
lain dari apartement ini. Suami mengajakku untuk pergi ke Wanhua Night Market
yang berjarak sekitar 1-1.5km dari tempat tinggal kami. Perjalanan ke sana kami
melewati danau rumah sakit, meski angin bertiup kencang dan suhu berada di
kisaran 19-20 degree (rasa nya seperti mampir di pintu kulkas), kami
menyempatkan diri untuk ke gazebo di pinggir danau dan kulihat ada banyak angsa
putih dan bangau di sana. Sekilas kuhampiri box berbentuk burung yang ternyata
isi nya ada vending machine Fish Food. Well, hanya dengan koin 10nt, kumasukkan
kedalam vending machine dan keluar box kecil seukuran tooth stick yang isi nya
pakan unggas. Luar biasa owner disini, sudah memikirkan bagaimana jika pasien
atau siapapun yang datang ke sini supaya dapat member makan ikan dan unggas
yang sesuai tanpa harus repot. Oya, lupa kuceritakan jika pasien yang masih
bisa mobile, di rumah sakit ini boleh untuk jalan-jalan keluar. Sehingga tidak
heran nampaknya banyak spot yang bisa dinikmati untuk bersantai dis ekitar
danau.
Gambar. 6 dan 7 Fish Food Vanding Machine dan Gasebo
Gambar 8 pintu belakang night market Gambar 9. Pintu depan night market
Gambar 10. Jenis wahana
hiburan yang digemari semua kalangan umur
Di Taiwan, banyak sekali jenis permainan seperti itu
yang bisa dipastikan selalu ada di setiap pasar malam. Seolah-olah
mengisyaratkan bahwa warga Taiwan adalah warga yang bekerja keras pada saat weekday
dan membutuhkan refreshing saat weekend tiba.
Gambar 11. Masakan Indonesia dan menu nya
Untuk rasa mungkin memang tidak senonjok di tanah air ya,
tapi cukup mengobati rasa rindu bagi teman-teman yang sedang homesick. Untuk
harga memang varian kisaran 25rb-100 rb, sangat masuk di kantong dengan kurs
Taiwan*.
Gambar 11. Menu masakan India berlabel halal
Sekian.
Linkou, Minggu, 5 Oktober 2017
*)Kurs 1NTD= 445 IDR